Rabu, 16 Juli 2014

FIKIH



A.   Metode Amtsal
1.     Pengertian metode Amtsal
Amtsal  adalah bentuk jamak dari “matsala”. Arti lughawi  kata amtsal adalah membuat permisalan, perumpamaan dan perbandingan. Amtsal dapat di sederhanakan pengertiannya, yaitu mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkret untuk mencapai tujuan dan atau mengambil manfaat dari perumpamaan tersebut.[1]
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat dalam bentuk amtsal (perumpamaan) dalam rangka mendidik umatnya. Misal dalam surah Al-Baqarah ayat 17, perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api.
Di dalam surah Al-Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sembahan atau tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba. Perumpamaan orang yang berlindung selain kepada Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba. Cara seperti itu juga digunakan oleh guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah, yaitu berceramah atau membaca teks[2].  
2.     Tujuan paedagogis penggunaan metode amtsal Qurani.
Dari beberapa kajian ayat Al-Qur’an, yang mengandung perumpamaan dapat diangkat maknanya untuk tujuan paedagogis, yatiu sebagai berikut:
a)      Setiap hal yang dijadikan perumpamaan yang digunakan dalam perumpamaan Al-Qur’an, selalu merupakan hal yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga manusia mudah mengingatnya karena gambarannya sering ditemukan.
b)      Dengan perumpamaan dan perbandingan, pikiran anusia akan terlatih untuk beranalogi agar mendapat kesimpulan yang benar.
c)      Dengan amtsal manusia diajak untuk memahami konsep yang abstrak secara mudah dengan cara memperhatikan konsep yang lebih konkret yang dapat di tangkap indra.
d)     Tidak setiap orang mampu menangkap perumpamaan yang diberikan Allah dalam Al-Qur’an
e)      Perumpamaan-perumpamaan Al-Qur’an dapat menyingkap hakikat-hakikat, dan sesuatu yag tidak tampak seakan-akan sesuatu yan tampak
f)       Mendorong untuk berbua sesuai dengan contoh itu, hal ini terjadi bila contoh itu meriupaka Sesuatu yang disenangi jiwa.
g)      Dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak

3.     Aplikasi Metode Amtsal Qurani di sekolah
a)      Guru mengungkapkan pokok bahasan yang hendak disajikan.
b)      Guru memberikan free test lisan secara spontan untuk mengukuir sejauh mana tingkat penguasaan siswa tehadap materi yang akan diajarkan. Dan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang  masih perlu mendapatkan titik  perhatian lebih besar lagi.
c)      Guru mengangkat ayat-ayat tamsil yang relevan dengan pokok bahasan.
d)     Membuat ilustrasi yang sederahana serta dapat mereka tamgkap dengan baik, mengenai hal-hal disekitar mereka dengan sesuatu yang tidak asing di lingkungan mereka.
Sebelum kegiatan belajar mengajar berakhir, guru perlu mengulang kembali pokok-pokok penting dari pokok bahasan tadi. Lalu guru memberikan post test untuk mengukur sejauh mana penguasan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, dan untuk mengetahui apa saja yangperlu mendapatkan perhatian pada pertemuan selanjutnya.
B.   Metode Kisah Qurani
1.     Pengertian.
Kata “kisah” berasal dari bahasa Arab, yakni “qishoh” yang berarti “cerita”  secara epistimologis, kata “qishoh” dalam al-Qur’an berasal dari kata “al qossu” yang artinya mencari jejak.
Kata “qosos” dengan berbagai bentuknya dimuat dalam Al-Qur’an banyak sekali, diantaranynya firman Allah dalam surah Al-Kahf : 64
Artinya;”…lalu kedua orang itu kembali untuk mengikuti jejak darimana keduanya itu datang”.
Secara termonologis, kisah Qirani adalah pemberitaan al-qur’an tentang hal-ikhwal umat yang telah lalu dan peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah angsa-bangsa , keadaan negeri-negeri  dan peninggalan jejak setiap umat.
2.     Tujuan dan manfaat kisah Qurani
Adapun tujuan adalah untuk menjadi cermin dan pelajaran bagi kehidupan manusia  dimasa itu dan kemudian hari. Adapun yang lebih spesifik dapat dirumuskan  ebagai berikut:
a.       Untuk memberikan argumentsi yang kuat kepada manusia  bahwa Al-Qur’an bukanlah karya manusia. Ia merupaka firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
b.      Untuk meluruskan informasi yang salah tentang peristiwa-peristiwa sebenarnya terjadi dizaman dahulu, yang dipahami secara keliru, khususnya oleh orang Yahudi dan Nasrani, sejak masa Nabi hingga masa kini.
c.       Untuk memberikan bukti atas kerasulan Muhammad saw yang sudah dipersiapkan Allah jauh sebelumnya, seperti yang dinyatakn oleh Nabi Isa. As.
d.      Memberikan argumentasi yang benar dan dan rasional tentang konsep ke-Tuhanan seperti dalam kisah Nabi Ibrahim as.
e.       Menjelaskan bahwa keseluruhan ajaran yang dibawa oleh Rasul  sebelum Muhammad  saw adalah ajaran islam, dan menjelaskan bahwa umat islam adalah unmat yang satu
f.       Memotivai para pembela dan penyebar untuk menyebar risalah Allah dengan menjelaskan bahwa yang haq itu selalu menang karena Allah pelindung pembawa risalah-Nya.
g.      Untuk memberikan peringatan kepada manusia akan adanya bahaya penyesatan oleh setan dan memperlihatkan aka adanya permusuhan yang abadi antara manusia dangan setan.




3.     Fungsi kisah Qurani
Manfaat yang tekandung dalam kisah-kisah Al-Qur’an antara lain sebagai berikut:
a.       Menjelaskan asas-asas dakwah islam menuju Allah dan  memberikan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh Nabi.
b.      Meneguhkan hati Rasulullah dan hati uat Muhammad  saw tentang menangnya kebenaran  dn para pendukungnya serta hancurnya  kebatilan.
c.       Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap meraka, serta mengabadikan jejak dan peninggalannya. Baik berupa benda maupun berupa syari’at , seperti jejak dan syari’aat Nabi Ibrahim tentang kurban.
d.      Menampakan kebenaran Muhammad saw dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal ikhwal orang-orang terdahulu disepanjang kurun dan generasi
e.       Menyingkap kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menentang mereka dangan isi kitab mereka sendiri yang sebelumnya sudah banyak yang diubah.
f.       Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang menarik perhatian para pendengan dan banyak mengandung pelajaran guna memantapkan jiwa melalui pesan-pesan yang dikandungnya.

4.     Penerapan Metode Kisah Qurani
Adapun strategi pebnerapan kisah qurani adalah sebagai berikut:
a.       Suatu kisah dalam al-qur’an tidak disampaikan secara utuh, namun diambil bagian-bagian tertentu saja  sesuai denga kebutuhan bahan pelajaran.
b.      Penggalan kisah dijadikan sebagai alat untuk memancing perhatian siswa
c.       Penggalan kisah dijadikan pengantar untuk membawa siswa pada suatu pemikiran, dan penghayatan terhada nilai-nilai tertentu.
d.      Penggalan kisah dijadikan alat untuk memancing emosi sehingga muncuil keberanian untuk membela kebenaran pada siswa.
e.       Penggalan kisah dijadikan sebagai alat untuk menanamkan kebencian tehadap perbuatan munkar  dn menumbuhkan kecintaan terhadap kebajikan
f.       Potongan kisah dijadikan alat untuk memancing rasa ingin tahu siswa, sehingga muncul motivasi untuk mengetahui kidah tersebut secara lengkap

C.  Metode Ibrah-Mauizhah
1.     Pengertian Ibrah-mauizhah
Kata “ibrah” berasal dari kata “abara”, “abara arra’yu” yang artinya mrnafsirkan mimpi dan mengetahu apa yang akan terjadi pada orang yang bermimpi. Kata ibrah dalam al-qur’an dapat diartikan sebagai upaya untuk mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain atau peristiwa-peristiwa yang tejadi pada masa lampau melalui suatu proses  berpikir secara mendalam, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri seseorang. Dari kesadaran itu akan muncul keinginan untuk mengambil pelajaran yang baik dari pengalaman orang lain atau pengalaman dirinya.
Mauizah berarti nasihat, kata tersebut sejalan dengan kata “wa azha, ya’ izhu, wa’zhan, waizhatan yang berarti memberi nasihat.
Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan metode Mauizhah ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang berisi nasihat-nasihat  tentang baik dan buruk sesuatu.

2.      Tujuan dan keistimewaan Metode Ibrah dan mauizhah
2.1 Tujuan metode ibrah
a)      Menumbuhkan perasaan akidah tauhid
b)      Mengantarkan pendengar pada suatu kepuasan berpikir akan salah satu akidah
c)      Menggerakkan dan mendidik perasaan ke-Tuhanan
d)     Mengarahkan, mengokohkan, dan menumbuhkan akidah tauhid
e)      Menumbuhkan ketaatan pada perintah Allah
f)       Menumbuhkan rasa heran dan kagum
g)      Menumbuhkan rasa penyesalan terhadap perbuatan-perbuatan yang salah



2.2 Tujuan metode Mauizhah
a)      Mengarahkan, membina, dan mengunggah perasaan ke-Tuhanan siswa
b)      Mengingatkan berbagai makna dan kesan yang membangkitkan perasaan ikhlas dalam beramal saleh
c)      Mengingatkan makna dan kesan yang membangkitkan perasaan untuk menaati Allah dan melaksanakan perintah-Nya
d)     Mengarahkan dan membina berpikir yang sehat
e)      Mengarahkan pada pembersihan jiwa
3.      Bentuk Ibrah dan Mauizhah dalam Al-Qur’an
a)      Bentuk Ibrah
1.      Ibrah dari kisah Qurani dan Nabawi
Penggunaan metode ibrah dari kisah qurani tujuannya adalah untuk mengambil pelajaran, karena didalam kisah tersebut tidak hanya mengandung kisah semata, tapi juga mengandung nilai-nilai, religious, ke-Tuhanan dan nilai historis.
2.      Ibrah dari mahluk Allah dan nikmatnya
Bila kita memperhatikan gejala-gejala alam dan proses kejadian mahluk-mahluk Allah, maka akan muncul kesadaran dan pengakuan betapa hebat ciptaan Allah itu.
3.      Ibrah melalaui pengalaman orang lain
Peristiwa masa lampau yang diami manusia bukanlah sesuatu tanpa makna  dan bukan pula sekedar pengetahuan, tapi justru mengandung sesuatu yang tidak ternilai harganya , yang dapat dijadikan  cermin bagi kehidupan dirinya sendiri maupun kehidupan orang lain dimasa akan datang.
b)      Bentuk Muizhah
Seperti halnya ibrah, mauizhah mempunyai beberapa bentuk , antara lain:
1.      Nasihat langsung
Nasihat merupakan sajian gambaran tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang dinasihati untuk menjauhan diri dari bahaya dan membimbingnya kejalan yang bahagia  dan bermanfaat baginya.



2.      Tadzkir
Yaitu mengingatkan berbagai makna dan kesan yang dapat membangkitkan perasaan dan emosi  untuk segera beramal saleh, dekat dengan Allah serta melaksanakan perintah-Nya.
4.     Langkah-langkah dalam penerapan metode ibrah dan mauizhah
a.       Tahap orientasi, pada tahap ini guru menjelaskan pokok bahasan dan konsep-konsep dasar yang akan disajikan  berupa pengertian lughawi  dan maknawi yang disertai landasan Qurni
b.      Penyajian Ibrah. Pada tahap ini, guru membawakan ibrah yang telah ditentukan sebelumnya, disesuaikan dengan pokok bahasan yang disajikan
c.       Tahap meyakinkan
Pada tahap ini, guru berupaya untuk mengarahkan para siswa pada ibrah melalui pertanyaan atau perbandingan dengan hal-hal yang lebih dekat  dengan siswa atau yang dialaminya
d.      Tahap internalisasi
Guru membawa siswa pada penghayatan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bentuk ibrah, baik yang berupa pelajara, nasihat, maupun peringatan.
e.       Tahap evaluasi
Ini dimaksud untuk mengkaji kembali apa yang telah disampaikan guru kepada siswa. Bisa melalui partanyaan-pertanyaan dan lain-lain.

D.  Metode Taghrib dan Tahrib
1.     Pengertain Targhib dan Tahrib
Kata Taghrib diambil dari kata bahasa Al-Qur’an, berasal dari kata kerja “ragahaba” yang artinya menyenangi, menyukai mencintai. Kemudian kata itu diubah menjadi kata benda taghrib yang mengandung makna suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan. Sedangkan kata “tahrib” berasal dari kata “rahhaba”  yang artinya, menakut-nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata “tahrib” yang berarti ancaman atau hukuman


2.     Bentuk-bentuk Taghrib dan Tahrib
a.       Bentuk Taghrib (Ransangan)
1.      Dijanjikan bahwa Allah akan mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan
2.      Dijanjikan akan memperolah kebahagiaan didunia
3.      Dijanjikan akan memdapat kenikmatan yang langsung dirasakan di Dunia
4.      Dijanjikan akan mendapat kebahagiaan diakhirat
5.      Mendapat jaminan surge
6.      Dijanjikan akan mendapat penampunan Allah
b.      Bentuk Tahrib (Ancaman)
1.      Ancaman tidak akan mendapat ridho Allah swt.
2.      Diancam akan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya
3.      Diancam hukuman di Dunia
4.      Mendapat siksaan langsung di dunia
5.      Diancam hukuman akhirat   
3.     Langkah-langkah dalam mengaplikasikan metode taghrib dan tahrib :
a.       Guru mengungkapkan ganjaran-ganjaran alamiah terhadap orang yang menaati Allah, seperti orang yang menegakan sholat hatinya tenang, berbuat baik akan disenangi orang lain dsbnya.
b.      Guru menguraikan hukuman-hukuman alamiah terhadap pelaku dosa, misalnya jika meninggalkan sholat hati akan gelisah, orang pezina akan kena AIDS dll.
c.       Guru membacakan dan  menerjemahkan ayat-ayatAl-Qur’an atau hadisyang berkenaan dengan Taghrib dan Tahrib.
d.      Guru memberikan gambaran kebahagiaan diakhirat bagi orang yang mengamalkan perintah Allah dan  menjauhi larangan-Nya
e.       Guru memberikan gambaran kesengsaraan di akhirat bagi orang yang melalaikan perintah Allah.
f.       Guru meminta salah seorang siswa untuk mengungkapkan kesan dan  sikapnya terhadap pokok materi palajaran yang baru disajikan.


E.   Metode Hiwar Qurani
1.     Pengertian Metode Hiwar Qurani
Secara etimologis, hiwar  (dialog) berasal dari bahasa Arab  yang mengandung pengertian “al-Rad” (jawaban), al-muhawarah (Tanya-jawab, bercakap-cakap, atau dialog) arti yang terakhir inilah yang digunakan dalam metode hiwar Qurani.
Secara terminologis hiwar Qurani dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melaui Tanya jawab, yang didalamnya terdapat kesatuan topik  pembiacaraan  dan tujuan yang hendak di capai dalam pembiacaraan itu, dan dialog-dialog tersebut terdapat dalam Al-Qur’an.
2.     Bentuk-bentuk dialog Qurani
Bentuk dialog dalam Al-Qur’an dan As-Sunah sangat bervariasi, diantaranya adalah hiwar Khitobi (seruan Allah) dan ta’abbudi (penghambaab terhadap Allah) , dialog deskriftif, dialog naratif, serta dialog Nabawiyah
a.       Dialog Khitobi dan Ta’abbudi
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk dan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang bertaqwa. Di dalmnya terdapat seruan-seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan kalimat:
“hai orang-orang yagn beriman”
“aku segera memenuhi seruan-Mu ya Allah”.
b.      Dialog Deskriftif
Dialog deskriftif disajikan dengan mendeskrifsikan atau menggambarkan orang-orang yang sedang berdialog. Pendeskrifsian itu meliputi gambaran kondisi hidup dan psikologis orang-orang yang berdialog sehigga kita dapat memahami kebaikan dan keburukannya.
c.       Dialog Naratif
Dialog naratif ditampilkan dalam episode kisah yang alur ceritanya sangat jelas sehingga menjadi bagian dari metode sekaligus materi pendidikan Qurani. Walaupun Al-Qur’an mengandung kisah-kisah yang disajikan dalam bentuk dialog, kita tidak bisa mengidentikan dialog itu dengan keberadaan drama yang sekarang dikenal sebagai sebuah karya sastra.

d.      Dialog Argumentatif
Dalam dialog Argumentatif kita akan menemukan suatu diskusi dan perdebatan yang diarahkan pada pengokohan hujjah-hujjah atas kaum musyrikin agar mereka mengakui akan kekeliruan dalam memahami pentingnya keimanan kepada Allah. Dialog argumentative secara dominan menyentuh kekuatan logika dan bertujuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan.
e.       Dialog Analogik
Dialog analogik ialah suatu dialog yang isi dan penjelasannya ditampilkan dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan yang logis dan dapat terjangkau oleh lawan dialog. Sebagai contoh, dialog antara Nabi Ibrahin dengan Allah, ketika Nabi Ibrahim menanyakan tentang bagaiman Allah menghidupkan orang yang sudah mati.  

3.      Aplikasi metode hiwar
Ada beberapa persyaratan dalam menggunakan metode hiwar, yaitu sebagai berikut:
a.       Kedua belah pihak (guru dan murid) memiliki kebebasan berpikir dalam menyampaika pertanyaan atau jawaban. Pikiran masing-masing harus mandiri dan terbuka menerima kebenaran yang datang dari pihak lawan bicara, jangan sekali-kali merasa puas dengan jawaban yang belum dapat diterima
b.      Orang yang terlibat dalam  hiwar hendaknya menyiapkan kondisi kejiwaan uttuk menerima kesimpulan atau kebenaran yang dihasilkan dari dialog itu, dengan kata lain harus berpikir dan berperasaan jujur (berpikir dan berjiwa objektif)
c.       Dialog haarus dilakukan dalam suasana yang tenangdan akrab. Dengan suasana seperti itu, maka akan tercipta suatu dialog yang dinamis, sehingga masing-masing individu mampu mengekpresikan pikirannya dengan leluasa
d.      Semua yang terlibat dalam dialog mesti mengetahui ide pokok yang akan dibicarakan. Kedua belah pihak memahami ide pokok yang terkandung dalam topik pelajaran.
e.       Dialog diterapkan dalam kontek palajaran agama dikelas. Sebelum pelajaran dimulai, guru hendaknya mengetahui lebih dahulu dunia muridnya, sehingga jenis dialog yang digunakan bisa menyentuh akal dan perasaannya.


F.   Metode Uswah Hasanah (keteladanan)
1.     Prinsip dasar metode keteladanan
Salah satu metode pendidikan yang dianggap besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah metode pendidikan dengan keteladanan. Yang di maksud keteladanan disini ialah metode pendidikan dengan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Salah satu Rasul yang harus kita contoh adalah Nabi Muhammad, karena dia telah menunjukan bahwa pada dirinya terdapat suatu keteladanan yang mencerminkan kandungan Al-Qur’an secara utuh.
Dalam diri Nabi Muhammd, seolah-olah Allah telah menyusun suatu metodologi pendidikan islam yang sempurna, suatu bentuk yang hidup dan abadi selama sejarah kehidupan manusia masih berlangsung. Berbagai kepribadian terpuji terkumpul didalam satu pribadi, yang masing-masing melengkapi bagian-bagian lain, seakan-akan pribadi itu suatu yang mempunyai banyak isi yang berbeda, kemudian dipertautkan menjadi satu yang lebih luas, tersusun rapi menjadi satu lingkaran yang sangat sempurna.
Rasulullah merupaka teladan besar bagi umat manusia, beliau adalah seorang pendidik, seorang da’i, seorang pejuang, kepala rumah tangga dan seorang yang memberikan petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri sebelum dengan kata-kata yang baik. Rasulullah Muhammad merupakan teladan universal bagi seluruh umat manusia.[3]

2.     Bentuk-bentuk pendidikan dengan keteladanan
a.       Bentuk keteladanan yang disengaja
Peneladanan kadang kala diupayakan secara sengaja, yaitu pendidik sengaja memberikan contoh yang baik kepada peserta didik supaya dapat menirunya
b.      Bentuk pengaruh keteladana yang tidak disengaja
Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak bergantung pada kualitas kesunguhan raslitas karakteristik pendidik yang diteladani, seperti kulaitas keilmuannya, kepemimpinannya, keihkalasanya dan lain sebagainya.  Dalam kondisi seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang diharapkan menjadi teladan hendaknyamemelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab dihadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oelh orang lain sebagai pengagumnya.
3.     Aplikasi metode keteladanan dalam pendidikan
Allah menjadikan keteladanan pada diri Rasulullah bukan sekadar untuk di kagumi, tapi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menanamkan pendidika keislaman, seperti membina akhlakulkarimah dan penanaman nilai-nilai luhur kepada peserta didik.[4]
Dalam kehidupan keluarga, orang tua dalam menanamkan pendidikan kepada anak-anak mereka hendaklah selalu memberikan contoh yang baik, agar mereka mulaisejak kanak-kanak menyerap dasar-dasar tabiat perilku yang islami.
Disekolah, seoragn guru sebagai pendidik hendaklah selalu memberi contoh yang baik kepada peserta didik, karena peserta didik sangat membutuhkan suri tauladan yang dilihatnya secara langsung dari setiap guru yang mendidiknya.
   










Daftar pustaka

Syahidin, Metode Pendidikan Qurani,CV.MISAKA GALIZA,Jakarta,1999
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam,TERAS, Yogyakarta,2009
Aat Syafaat.dkk,Peranan Pendidikan Agama Islam,PT.RAJA GRAFINDO PERSADA,Jakarta,2008





[1] Syahidin, Metode Pendidikan Qurani,CV.MISAKA GALIZA,Jakarta,1999
[2] Binti Muinah,Metodologi Pengajaran Agama Islam,TERAS,Yogyakarta,2009
[4] Aat Syafaat,dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada,Jakarta,2008