A. Metode
Amtsal
1.
Pengertian
metode Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari “matsala”. Arti lughawi kata amtsal adalah membuat permisalan,
perumpamaan dan perbandingan. Amtsal dapat di sederhanakan pengertiannya, yaitu
mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkret untuk
mencapai tujuan dan atau mengambil manfaat dari perumpamaan tersebut.[1]
Di
dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat dalam bentuk amtsal (perumpamaan) dalam
rangka mendidik umatnya. Misal dalam surah Al-Baqarah ayat 17, perumpamaan
orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api.
Di dalam surah Al-Ankabut ayat 41
Allah mengumpamakan sembahan atau tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba.
Perumpamaan orang yang berlindung selain kepada Allah adalah seperti laba-laba
yang membuat rumah. Padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.
Cara seperti itu juga digunakan oleh guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu
saja sama dengan metode kisah, yaitu berceramah atau membaca teks[2].
2.
Tujuan
paedagogis penggunaan metode amtsal Qurani.
Dari beberapa kajian ayat Al-Qur’an, yang mengandung
perumpamaan dapat diangkat maknanya untuk tujuan paedagogis, yatiu sebagai
berikut:
a) Setiap
hal yang dijadikan perumpamaan yang digunakan dalam perumpamaan Al-Qur’an,
selalu merupakan hal yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga manusia mudah mengingatnya karena gambarannya sering ditemukan.
b) Dengan
perumpamaan dan perbandingan, pikiran anusia akan terlatih untuk beranalogi
agar mendapat kesimpulan yang benar.
c) Dengan
amtsal manusia diajak untuk memahami konsep yang abstrak secara mudah dengan
cara memperhatikan konsep yang lebih konkret yang dapat di tangkap indra.
d) Tidak
setiap orang mampu menangkap perumpamaan yang diberikan Allah dalam Al-Qur’an
e) Perumpamaan-perumpamaan
Al-Qur’an dapat menyingkap hakikat-hakikat, dan sesuatu yag tidak tampak
seakan-akan sesuatu yan tampak
f) Mendorong
untuk berbua sesuai dengan contoh itu, hal ini terjadi bila contoh itu
meriupaka Sesuatu yang disenangi jiwa.
g) Dimaksudkan
untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh
orang banyak
3.
Aplikasi
Metode Amtsal Qurani di sekolah
a) Guru
mengungkapkan pokok bahasan yang hendak disajikan.
b) Guru
memberikan free test lisan secara
spontan untuk mengukuir sejauh mana tingkat penguasaan siswa tehadap materi
yang akan diajarkan. Dan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang masih perlu mendapatkan titik perhatian lebih besar lagi.
c) Guru
mengangkat ayat-ayat tamsil yang relevan dengan pokok bahasan.
d) Membuat
ilustrasi yang sederahana serta dapat mereka tamgkap dengan baik, mengenai
hal-hal disekitar mereka dengan sesuatu yang tidak asing di lingkungan mereka.
Sebelum kegiatan belajar mengajar
berakhir, guru perlu mengulang kembali pokok-pokok penting dari pokok bahasan
tadi. Lalu guru memberikan post test untuk
mengukur sejauh mana penguasan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, dan
untuk mengetahui apa saja yangperlu mendapatkan perhatian pada pertemuan
selanjutnya.
B. Metode
Kisah Qurani
1.
Pengertian.
Kata “kisah” berasal dari bahasa
Arab, yakni “qishoh” yang berarti
“cerita” secara epistimologis, kata “qishoh” dalam al-Qur’an berasal dari
kata “al qossu” yang artinya mencari
jejak.
Kata “qosos” dengan berbagai bentuknya dimuat dalam Al-Qur’an banyak
sekali, diantaranynya firman Allah dalam surah Al-Kahf : 64
Artinya;”…lalu kedua
orang itu kembali untuk mengikuti jejak darimana keduanya itu datang”.
Secara termonologis, kisah Qirani
adalah pemberitaan al-qur’an tentang hal-ikhwal umat yang telah lalu dan
peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang
kejadian masa lalu, sejarah angsa-bangsa , keadaan negeri-negeri dan peninggalan jejak setiap umat.
2.
Tujuan
dan manfaat kisah Qurani
Adapun tujuan adalah untuk menjadi cermin dan
pelajaran bagi kehidupan manusia dimasa
itu dan kemudian hari. Adapun yang lebih spesifik dapat dirumuskan ebagai berikut:
a. Untuk
memberikan argumentsi yang kuat kepada manusia
bahwa Al-Qur’an bukanlah karya manusia. Ia merupaka firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
b. Untuk
meluruskan informasi yang salah tentang peristiwa-peristiwa sebenarnya terjadi
dizaman dahulu, yang dipahami secara keliru, khususnya oleh orang Yahudi dan
Nasrani, sejak masa Nabi hingga masa kini.
c. Untuk
memberikan bukti atas kerasulan Muhammad saw yang sudah dipersiapkan Allah jauh
sebelumnya, seperti yang dinyatakn oleh Nabi Isa. As.
d. Memberikan
argumentasi yang benar dan dan rasional tentang konsep ke-Tuhanan seperti dalam
kisah Nabi Ibrahim as.
e. Menjelaskan
bahwa keseluruhan ajaran yang dibawa oleh Rasul
sebelum Muhammad saw adalah
ajaran islam, dan menjelaskan bahwa umat islam adalah unmat yang satu
f. Memotivai
para pembela dan penyebar untuk menyebar risalah Allah dengan menjelaskan bahwa
yang haq itu selalu menang karena Allah pelindung pembawa risalah-Nya.
g. Untuk
memberikan peringatan kepada manusia akan adanya bahaya penyesatan oleh setan
dan memperlihatkan aka adanya permusuhan yang abadi antara manusia dangan
setan.
3.
Fungsi
kisah Qurani
Manfaat yang tekandung dalam kisah-kisah Al-Qur’an
antara lain sebagai berikut:
a. Menjelaskan
asas-asas dakwah islam menuju Allah dan
memberikan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh Nabi.
b. Meneguhkan
hati Rasulullah dan hati uat Muhammad
saw tentang menangnya kebenaran
dn para pendukungnya serta hancurnya
kebatilan.
c. Membenarkan
para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap meraka, serta mengabadikan
jejak dan peninggalannya. Baik berupa benda maupun berupa syari’at , seperti
jejak dan syari’aat Nabi Ibrahim tentang kurban.
d. Menampakan
kebenaran Muhammad saw dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang
hal ikhwal orang-orang terdahulu disepanjang kurun dan generasi
e. Menyingkap
kebohongan ahli kitab dengan hujjah
yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menentang
mereka dangan isi kitab mereka sendiri yang sebelumnya sudah banyak yang
diubah.
f. Kisah
termasuk salah satu bentuk sastra yang menarik perhatian para pendengan dan banyak
mengandung pelajaran guna memantapkan jiwa melalui pesan-pesan yang
dikandungnya.
4.
Penerapan
Metode Kisah Qurani
Adapun strategi pebnerapan kisah qurani adalah
sebagai berikut:
a. Suatu
kisah dalam al-qur’an tidak disampaikan secara utuh, namun diambil bagian-bagian
tertentu saja sesuai denga kebutuhan
bahan pelajaran.
b. Penggalan
kisah dijadikan sebagai alat untuk memancing perhatian siswa
c. Penggalan
kisah dijadikan pengantar untuk membawa siswa pada suatu pemikiran, dan
penghayatan terhada nilai-nilai tertentu.
d. Penggalan
kisah dijadikan alat untuk memancing emosi sehingga muncuil keberanian untuk
membela kebenaran pada siswa.
e. Penggalan
kisah dijadikan sebagai alat untuk menanamkan kebencian tehadap perbuatan
munkar dn menumbuhkan kecintaan terhadap
kebajikan
f. Potongan
kisah dijadikan alat untuk memancing rasa ingin tahu siswa, sehingga muncul
motivasi untuk mengetahui kidah tersebut secara lengkap
C. Metode
Ibrah-Mauizhah
1.
Pengertian
Ibrah-mauizhah
Kata “ibrah” berasal dari kata “abara”,
“abara arra’yu” yang artinya mrnafsirkan mimpi dan mengetahu apa yang akan
terjadi pada orang yang bermimpi. Kata ibrah
dalam al-qur’an dapat diartikan sebagai upaya untuk mengambil pelajaran
dari pengalaman orang lain atau peristiwa-peristiwa yang tejadi pada masa
lampau melalui suatu proses berpikir
secara mendalam, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri seseorang. Dari
kesadaran itu akan muncul keinginan untuk mengambil pelajaran yang baik dari
pengalaman orang lain atau pengalaman dirinya.
Mauizah
berarti nasihat, kata tersebut sejalan dengan kata “wa azha, ya’ izhu, wa’zhan, waizhatan” yang berarti memberi nasihat.
Berdasarkan
pengertian diatas, yang dimaksud dengan metode Mauizhah ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui
tutur kata yang berisi nasihat-nasihat
tentang baik dan buruk sesuatu.
2. Tujuan dan keistimewaan Metode Ibrah dan mauizhah
2.1 Tujuan metode ibrah
a) Menumbuhkan
perasaan akidah tauhid
b) Mengantarkan
pendengar pada suatu kepuasan berpikir akan salah satu akidah
c) Menggerakkan
dan mendidik perasaan ke-Tuhanan
d) Mengarahkan,
mengokohkan, dan menumbuhkan akidah tauhid
e) Menumbuhkan
ketaatan pada perintah Allah
f) Menumbuhkan
rasa heran dan kagum
g) Menumbuhkan
rasa penyesalan terhadap perbuatan-perbuatan yang salah
2.2
Tujuan metode Mauizhah
a) Mengarahkan,
membina, dan mengunggah perasaan ke-Tuhanan siswa
b) Mengingatkan
berbagai makna dan kesan yang membangkitkan perasaan ikhlas dalam beramal saleh
c) Mengingatkan
makna dan kesan yang membangkitkan perasaan untuk menaati Allah dan
melaksanakan perintah-Nya
d) Mengarahkan
dan membina berpikir yang sehat
e) Mengarahkan
pada pembersihan jiwa
3. Bentuk Ibrah dan Mauizhah dalam
Al-Qur’an
a) Bentuk
Ibrah
1. Ibrah
dari kisah Qurani dan Nabawi
Penggunaan
metode ibrah dari kisah qurani tujuannya adalah untuk mengambil pelajaran,
karena didalam kisah tersebut tidak hanya mengandung kisah semata, tapi juga
mengandung nilai-nilai, religious, ke-Tuhanan dan nilai historis.
2. Ibrah
dari mahluk Allah dan nikmatnya
Bila kita
memperhatikan gejala-gejala alam dan proses kejadian mahluk-mahluk Allah, maka
akan muncul kesadaran dan pengakuan betapa hebat ciptaan Allah itu.
3. Ibrah
melalaui pengalaman orang lain
Peristiwa masa
lampau yang diami manusia bukanlah sesuatu tanpa makna dan bukan pula sekedar pengetahuan, tapi
justru mengandung sesuatu yang tidak ternilai harganya , yang dapat
dijadikan cermin bagi kehidupan dirinya
sendiri maupun kehidupan orang lain dimasa akan datang.
b) Bentuk
Muizhah
Seperti halnya
ibrah, mauizhah mempunyai beberapa bentuk , antara lain:
1. Nasihat
langsung
Nasihat
merupakan sajian gambaran tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud
mengajak orang yang dinasihati untuk menjauhan diri dari bahaya dan
membimbingnya kejalan yang bahagia dan
bermanfaat baginya.
2. Tadzkir
Yaitu
mengingatkan berbagai makna dan kesan yang dapat membangkitkan perasaan dan
emosi untuk segera beramal saleh, dekat
dengan Allah serta melaksanakan perintah-Nya.
4.
Langkah-langkah
dalam penerapan metode ibrah dan mauizhah
a. Tahap
orientasi, pada tahap ini guru menjelaskan pokok bahasan dan konsep-konsep
dasar yang akan disajikan berupa
pengertian lughawi dan maknawi
yang disertai landasan Qurni
b. Penyajian
Ibrah. Pada tahap ini, guru membawakan ibrah yang telah ditentukan sebelumnya,
disesuaikan dengan pokok bahasan yang disajikan
c. Tahap
meyakinkan
Pada tahap ini, guru berupaya untuk mengarahkan para
siswa pada ibrah melalui pertanyaan atau perbandingan dengan hal-hal yang lebih
dekat dengan siswa atau yang dialaminya
d. Tahap
internalisasi
Guru membawa
siswa pada penghayatan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bentuk ibrah,
baik yang berupa pelajara, nasihat, maupun peringatan.
e. Tahap
evaluasi
Ini dimaksud
untuk mengkaji kembali apa yang telah disampaikan guru kepada siswa. Bisa
melalui partanyaan-pertanyaan dan lain-lain.
D. Metode
Taghrib dan Tahrib
1.
Pengertain
Targhib dan Tahrib
Kata Taghrib diambil dari kata bahasa
Al-Qur’an, berasal dari kata kerja “ragahaba”
yang artinya menyenangi, menyukai mencintai. Kemudian kata itu diubah
menjadi kata benda taghrib yang mengandung makna suatu harapan untuk memperoleh
kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan. Sedangkan kata “tahrib” berasal dari kata “rahhaba”
yang artinya, menakut-nakuti atau
mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata “tahrib” yang berarti ancaman atau
hukuman
2.
Bentuk-bentuk
Taghrib dan Tahrib
a. Bentuk
Taghrib (Ransangan)
1. Dijanjikan
bahwa Allah akan mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan
2. Dijanjikan
akan memperolah kebahagiaan didunia
3. Dijanjikan
akan memdapat kenikmatan yang langsung dirasakan di Dunia
4. Dijanjikan
akan mendapat kebahagiaan diakhirat
5. Mendapat
jaminan surge
6. Dijanjikan
akan mendapat penampunan Allah
b. Bentuk
Tahrib (Ancaman)
1. Ancaman
tidak akan mendapat ridho Allah swt.
2. Diancam
akan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya
3. Diancam
hukuman di Dunia
4. Mendapat
siksaan langsung di dunia
5. Diancam
hukuman akhirat
3.
Langkah-langkah
dalam mengaplikasikan metode taghrib dan tahrib :
a. Guru
mengungkapkan ganjaran-ganjaran alamiah terhadap orang yang menaati Allah,
seperti orang yang menegakan sholat hatinya tenang, berbuat baik akan disenangi
orang lain dsbnya.
b. Guru
menguraikan hukuman-hukuman alamiah terhadap pelaku dosa, misalnya jika
meninggalkan sholat hati akan gelisah, orang pezina akan kena AIDS dll.
c. Guru
membacakan dan menerjemahkan
ayat-ayatAl-Qur’an atau hadisyang berkenaan dengan Taghrib dan Tahrib.
d. Guru
memberikan gambaran kebahagiaan diakhirat bagi orang yang mengamalkan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya
e. Guru
memberikan gambaran kesengsaraan di akhirat bagi orang yang melalaikan perintah
Allah.
f. Guru
meminta salah seorang siswa untuk mengungkapkan kesan dan sikapnya terhadap pokok materi palajaran yang
baru disajikan.
E. Metode
Hiwar Qurani
1.
Pengertian
Metode Hiwar Qurani
Secara etimologis, hiwar (dialog) berasal dari
bahasa Arab yang mengandung pengertian “al-Rad” (jawaban), al-muhawarah (Tanya-jawab, bercakap-cakap, atau dialog) arti yang
terakhir inilah yang digunakan dalam metode hiwar
Qurani.
Secara
terminologis hiwar Qurani dapat
diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih
berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melaui Tanya jawab, yang
didalamnya terdapat kesatuan topik pembiacaraan
dan tujuan yang hendak di capai dalam pembiacaraan itu, dan
dialog-dialog tersebut terdapat dalam Al-Qur’an.
2.
Bentuk-bentuk
dialog Qurani
Bentuk dialog dalam Al-Qur’an dan
As-Sunah sangat bervariasi, diantaranya adalah hiwar Khitobi (seruan Allah) dan ta’abbudi (penghambaab terhadap Allah) , dialog deskriftif, dialog
naratif, serta dialog Nabawiyah
a. Dialog
Khitobi dan Ta’abbudi
Al-Qur’an
diturunkan untuk menjadi petunjuk dan sebagai kabar gembira bagi orang-orang
yang bertaqwa. Di dalmnya terdapat seruan-seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya
dengan kalimat:
“hai
orang-orang yagn beriman”
“aku
segera memenuhi seruan-Mu ya Allah”.
b. Dialog
Deskriftif
Dialog
deskriftif disajikan dengan mendeskrifsikan atau menggambarkan orang-orang yang
sedang berdialog. Pendeskrifsian itu meliputi gambaran kondisi hidup dan
psikologis orang-orang yang berdialog sehigga kita dapat memahami kebaikan dan
keburukannya.
c. Dialog
Naratif
Dialog naratif
ditampilkan dalam episode kisah yang alur ceritanya sangat jelas sehingga
menjadi bagian dari metode sekaligus materi pendidikan Qurani. Walaupun
Al-Qur’an mengandung kisah-kisah yang disajikan dalam bentuk dialog, kita tidak
bisa mengidentikan dialog itu dengan keberadaan drama yang sekarang dikenal
sebagai sebuah karya sastra.
d. Dialog
Argumentatif
Dalam dialog
Argumentatif kita akan menemukan suatu diskusi dan perdebatan yang diarahkan
pada pengokohan hujjah-hujjah atas
kaum musyrikin agar mereka mengakui akan kekeliruan dalam memahami pentingnya
keimanan kepada Allah. Dialog argumentative secara dominan menyentuh kekuatan
logika dan bertujuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan.
e. Dialog
Analogik
Dialog analogik
ialah suatu dialog yang isi dan penjelasannya ditampilkan dalam bentuk
perumpamaan-perumpamaan yang logis dan dapat terjangkau oleh lawan dialog.
Sebagai contoh, dialog antara Nabi Ibrahin dengan Allah, ketika Nabi Ibrahim
menanyakan tentang bagaiman Allah menghidupkan orang yang sudah mati.
3. Aplikasi metode hiwar
Ada
beberapa persyaratan dalam menggunakan metode hiwar, yaitu sebagai berikut:
a. Kedua
belah pihak (guru dan murid) memiliki kebebasan berpikir dalam menyampaika
pertanyaan atau jawaban. Pikiran masing-masing harus mandiri dan terbuka
menerima kebenaran yang datang dari pihak lawan bicara, jangan sekali-kali
merasa puas dengan jawaban yang belum dapat diterima
b. Orang
yang terlibat dalam hiwar hendaknya
menyiapkan kondisi kejiwaan uttuk menerima kesimpulan atau kebenaran yang
dihasilkan dari dialog itu, dengan kata lain harus berpikir dan berperasaan
jujur (berpikir dan berjiwa objektif)
c. Dialog
haarus dilakukan dalam suasana yang tenangdan akrab. Dengan suasana seperti
itu, maka akan tercipta suatu dialog yang dinamis, sehingga masing-masing
individu mampu mengekpresikan pikirannya dengan leluasa
d. Semua
yang terlibat dalam dialog mesti mengetahui ide pokok yang akan dibicarakan.
Kedua belah pihak memahami ide pokok yang terkandung dalam topik pelajaran.
e. Dialog
diterapkan dalam kontek palajaran agama dikelas. Sebelum pelajaran dimulai,
guru hendaknya mengetahui lebih dahulu dunia muridnya, sehingga jenis dialog
yang digunakan bisa menyentuh akal dan perasaannya.
F. Metode
Uswah Hasanah (keteladanan)
1.
Prinsip
dasar metode keteladanan
Salah satu metode pendidikan yang
dianggap besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah
metode pendidikan dengan keteladanan. Yang di maksud keteladanan disini ialah
metode pendidikan dengan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik
dalam ucapan maupun perbuatan. Salah satu Rasul yang harus kita contoh adalah
Nabi Muhammad, karena dia telah menunjukan bahwa pada dirinya terdapat suatu
keteladanan yang mencerminkan kandungan Al-Qur’an secara utuh.
Dalam diri Nabi Muhammd, seolah-olah
Allah telah menyusun suatu metodologi pendidikan islam yang sempurna, suatu
bentuk yang hidup dan abadi selama sejarah kehidupan manusia masih berlangsung.
Berbagai kepribadian terpuji terkumpul didalam satu pribadi, yang masing-masing
melengkapi bagian-bagian lain, seakan-akan pribadi itu suatu yang mempunyai
banyak isi yang berbeda, kemudian dipertautkan menjadi satu yang lebih luas,
tersusun rapi menjadi satu lingkaran yang sangat sempurna.
Rasulullah merupaka teladan besar bagi
umat manusia, beliau adalah seorang pendidik, seorang da’i, seorang pejuang,
kepala rumah tangga dan seorang yang memberikan petunjuk kepada manusia dengan
tingkah lakunya sendiri sebelum dengan kata-kata yang baik. Rasulullah Muhammad
merupakan teladan universal bagi seluruh umat manusia.[3]
2.
Bentuk-bentuk
pendidikan dengan keteladanan
a. Bentuk
keteladanan yang disengaja
Peneladanan kadang kala diupayakan secara sengaja,
yaitu pendidik sengaja memberikan contoh yang baik kepada peserta didik supaya
dapat menirunya
b. Bentuk
pengaruh keteladana yang tidak disengaja
Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang
dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak bergantung pada kualitas
kesunguhan raslitas karakteristik pendidik yang diteladani, seperti kulaitas
keilmuannya, kepemimpinannya, keihkalasanya dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, pengaruh teladan
berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang
diharapkan menjadi teladan hendaknyamemelihara tingkah lakunya, disertai
kesadaran bahwa ia bertanggung jawab dihadapan Allah dalam segala hal yang
diikuti oelh orang lain sebagai pengagumnya.
3.
Aplikasi
metode keteladanan dalam pendidikan
Allah menjadikan keteladanan pada diri
Rasulullah bukan sekadar untuk di kagumi, tapi untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam menanamkan pendidika keislaman, seperti membina
akhlakulkarimah dan penanaman nilai-nilai luhur kepada peserta didik.[4]
Dalam kehidupan keluarga, orang tua
dalam menanamkan pendidikan kepada anak-anak mereka hendaklah selalu memberikan
contoh yang baik, agar mereka mulaisejak kanak-kanak menyerap dasar-dasar
tabiat perilku yang islami.
Disekolah, seoragn guru sebagai pendidik
hendaklah selalu memberi contoh yang baik kepada peserta didik, karena peserta
didik sangat membutuhkan suri tauladan yang dilihatnya secara langsung dari
setiap guru yang mendidiknya.
Daftar
pustaka
Syahidin, Metode Pendidikan Qurani,CV.MISAKA
GALIZA,Jakarta,1999
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam,TERAS,
Yogyakarta,2009
Aat Syafaat.dkk,Peranan Pendidikan Agama Islam,PT.RAJA
GRAFINDO PERSADA,Jakarta,2008